Main Article Content

Abstract

IMPLEMENTASI LAYANAN MEMBACA GRATIS


MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK


 


Kristoforus Dowa Bili1, I Wayan Lasmawan2, I Nengah Suastika3


1Universitas Katolik Weetebula (Penulis 1)


Email: [email protected]


2Universitas Pendidikan Ganesha (Penulis 2)


Email: [email protected]


 3Universitas Pendidikan Ganesha (Penulis 3)


Email: [email protected]


 


 


ABSTRAK


 


Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi layanan membaca gratis yang dilakukan oleh tim Learning Center Umma Manganne yang berlokasi di Universitas Katolik Weetebula (Unika Weetebula)  dalam rangka meningkatkan kemampuan membaca anak di sekitar Kampung Pamulla Kadammu, Desa Watu Kawula, Kecamatan Kota Tambolaka, Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Informan dalam penelitian ini terdiri dari empat orang staf Learning Center Umma Manggane yang melayani anak dalam membaca gratis. Data diperoleh melalui hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan tiga tahapan yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.


Hasil penelitian menunjukkan bahwa layanan membaca gratis oleh tim Learning Center Umma Manganne sejak Juni-Desember 2022 dengan rata-rata 3 kali per bulan, telah terlaksana dengan baik. Anak-anak yang mendapatkan layanan membaca gratis mengalami peningkatan kemampuan membaca. Namun, setiap anak memiliki peningkatan kemampuan membaca yang berbeda-beda; ada anak yang mengalami peningkatan kemampuan membaca cepat dan terdapat anak yang mengalami peningkatan kemampuan membaca lambat. Terdapat kendala yang dialami oleh tim dalam layanan membaca gratis, yaitu: pada pertemuan-pertemuan awal membaca gratis, banyak anak pada masing-masing jenjang usia yang sulit diatur dan diarahkan; Selain itu,  masalah cuaca. Jika terjadi hujan maka  halaman rumah dan rumah warga tidak representatif untuk kegiatan layanan membaca gratis dengan jumlah anak yang banyak.


 


Kata kunci: Layanan Membaca Gratis, Kemampuan Membaca Anak


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


PENDAHULUAN

Membaca merupakan salah satu aspek bahasa yang wajib dikuasai oleh setiap anak. Membaca menjadi dasar bagi seorang anak untuk mengerti dan mengembangkan pengetahuan lebih lanjut. Ngalimun & Alfulaila mengatakan “Membaca menjadi dasar utama, tidak hanya untuk pembelajaran Bahasa Indonesia sendiri, tetapi juga untuk keperluan pembelajaran bidang-bidang studi lainnya, karena hampir seluruh pengetahuan pada masing-masing bidang studi disajikan dalam bentuk tertulis”, 2014: 34.  Pandangan di atas sejalan dengan pendapat Amalafitra, N., dkk yang mengatakan bahwa “Membaca merupakan salah satu hal yang penting dalam segala macam proses pembelajaran. Melalui membacalah berbagai ilmu pengetahuan, yang dapat mengantarkan pada kesuksesan, bisa kita dapatkan (2022: 34). Dengan demikian, membaca sangat bermanfaat dalam kehidupan seseorang. Dengan membaca, siswa akan memperoleh dan menguasai pengetahuan dan keterampilan yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan daya nalar, sosial, dan kreasinya serta dapat bermanfaat untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkannya, (Farhurohman, O., 2019: 117). Hal ini senada juga dengan pernyataan bahwa “kemampuan membaca sangat penting untuk berfungsi secara efektif dalam masyarakat yang melek huruf”, (Mustadi, A., dkk 2021: 95). Anak yang belum memiliki kemampuan membaca yang baik akan menemukan kesulitan-kesulitan lebih lanjut dan memahami suatu bacaan termasuk dalam memperluas wawasan.


Kendati kemampuan membaca sangat urgen dalam kehidupan, namun hal ini justru menjadi momok yang terus menjadi masalah, khususnya dalam dunia pendidikan. Beberapa kenyataan yang memperlihatkan bahwa kemampuan membaca di Indonesia bermasalah, dapat diuraikan seperti berikut ini. Pada survei Progamme for International Student Assessment (PISA), 2015 Indonesia berada pada  urutan ke-64 dari 72 negara. Selama kurun waktu 2012-2015, skor PISA untuk membaca hanya naik 1 poin dari 396 menjadi 397. Hasil tes tersebut menunjukkan bahwa kemampuan memahami dan keterampilan menggunakan bahan-bahan bacaan, khususnya teks dokumen, pada anak-anak Indonesia usia 9–14 tahun berada di peringkat sepuluh terbawah, (Panduan GLN 2017, Kemdikbud). Hasil Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia (AKSI)/Indonesia National Assessment Programme (INAP) yang mengukur kemampuan membaca bagi anak sekolah dasar juga menunjukkan hasil serupa. Secara nasional, untuk kategori kurang dalam membaca 46,83 persen (Panduan GLN 2017, Kemdikbud). Selain itu, hasil survei The World’s Most Literate Nations (WMLN) 2016 mengungkapkan bahwa minat baca di Indonesia menduduki peringkat 60 dari 61 negara, (Hasanah, U. & Silitonga, M., 2020: 2). Secara nasional, masalah kemampuan membaca masih menempatkan Indonesia pada posisi rendah. Hal ini tentu merupakan hasil rendahnya pendidikan dan kemampuan membaca pada tingkat daerah baik provinsi maupun kabupaten.


Masalah membaca di Nusa Tenggara Timur, khususnya pulau Sumba masih merupakan persoalan yang sangat pelik dan menantang setiap generasi untuk melakukan suatu terobosan perbaikan.


Pada tahun 2015, Kemitraan untuk Pengembangan Kapasitas dan Analisis Pendidikan (ACDP) merilis sejumlah permasalahan pendidikan yang mendesak untuk segera dituntaskan di Sumba, Nusa Tenggara Timur. Permasalahan pendidikan yang ditemukan ACDP adalah: 1. proporsi guru yang tidak berlatar belakang pendidikan keguruan, 2. ketersediaan dan distribusi guru, 3. alokasi sumber daya yang berkelanjutan bagi sekolah swasta, 4. kualitas mengajar, 5. kesiapan anak belajar. Selain sejumlah persoalan di atas, masalah penting lain yang menjadi persoalan adalah minimnya perhatian dan layanan pihak lain dalam bentuk rumah baca dan layanan membaca lainnya sehingga kemampuan membaca siswa sangat kurang.   Sejumlah permasalahan di Sumba sebagaimana diuraikan  di atas membuat anak-anak tidak mampu membaca dan angka mengulang di kelas II cukup tinggi (ACDP, 2015: 1-10).


Kemampuan membaca pada anak sekolah dasar terutama di Sumba cukup menjadi perhatian serius. Hasil studi ACDP menemukan bahwa dari tiga anak, hanya satu yang mampu membaca bahasa Indonesia.


Permasalahan pendidikan yang mendesak untuk segera dituntaskan di Sumba, Nusa Tenggara Timur sebagaimana hasil temuan ACDP, yaitu permasalahan  membaca pada anak sekolah dasar di daerah terpencil cukup menjadi perhatian serius.


Oleh karena peliknya persoalan kemampuan membaca siswa di Sumba, Nusa Tenggara Timur ini, maka berbagai terobosan muncul oleh rasa keprihatinan dan kepedulian untuk meningkatkan kemampuan anak, khusus dalam membaca. Salah satu terobosan yang dilakukan adalah munculnya Learning Center Umma Manganne, di bawah naungan Yayasan Nyalakan Harapan Anak Nusantara yang salah satu aktivitasnya adalah melayani membaca gratis bagi anak-anak di Sumba, mulai dari Sumba Barat Daya, seperti yang dikaji dan dideskripsikan lebih lanjut.


 


METODE PENELITIAN


         Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari hasil observasi berperanserta (partisipan observation), wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi. Dalam observasi partisipatif, peneliti terlibat dalam kegiatan layanan membaca gratis bersama tim. Dalam wawancara mendalam, peneliti mengajukan pertanyaan demi pertanyaan yang relevan dengan konten kajian. Apabila terdapat hal yang perlu didalami, peneliti kembali lagi mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan informasi yang lengkap. Hal ini senada dengan pendapat yang mengatakan bahwa “…penelitian kualitatif berkaitan dengan menemukan motif atau keinginan yang mendasari hal yang dimaksudkan, sehingga perlu dilakukan wawancara mendalam untuk mencapai tujuan tersebut”, (Syarul, dkk. 2017: 18)  Kemudian, data dokumentasi yang peneliti kumpulkan berupa: daftar nama anak-anak yang mendapatkan layanan membaca gratis, catatan-catatan narasi tim tentang pelaksanaan layanan membaca gratis sebagai laporan kepada pimpinan Yayasan Nyalakan Harapan Anak Nusantara; dan gambar pelaksanaan kegiatan. Pengumpulan data di atas diperoleh dari staf Learning Center Umma Manganne.

          Setelah peneliti mendapatkan data dari ketiga teknik pengumpulan data tersebut, peneliti menyajikannya secara deskriptif dengan menarasikan berbagai kegiatan layanan membaca gratis yang dilakukan oleh tim pada titik layanan “Pamulla Kadammu”. Selanjutnya, peneliti menggunakan analisis data model Miles and Huberman, yang mengatakan bahwa “aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification, (Sugiyono, 2009: 337). Data reduction berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu; data display berarti menyajikan data dalan bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori flowchart dan sejenisnya; sedangkan conclusion drawing/verification adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.


 


 


 


 


 


 


 


HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

 


HASIL PENELITIAN


  Dari hasil penelitian diperoleh informasi bahwa layanan membaca gratis yang dilakukan oleh tim Learning Center Umma Manganne merupakan  bentuk keprihatinan dan kepedulian beberapa dosen yang berasal dari Universitas Parahyangan Bandung tentang kemampuan membaca, menulis, dan berhitung (calistung) siswa di Sumba Barat Daya, khususnya. Melihat dan merasakan langsung kenyataan ini, maka terinspirasilah beberapa dosen tersebut sehingga membentuk satu yayasan, yaitu “Yayasan Nyalakan Harapan Anak Nusantara”. Melalui yayasan ini digagaslah “Learning Center Umma Manganne” yang berada di lokasi Unika Weetebula untuk selanjutnya beroperasi melayani membaca gratis kepada anak Sumba, mula-mula dari titip: 1) Learning Center (Lokasi Unika Weetebula di Desa Karuni), 2) Kalouwa (Desa Wee Renna),  3) Tanggo’o (Desa Lete Konda Selatan), 4) Lendo Ngara (Desa Karuni), 5) Kalembu Nga’a Bangga (Desa Weelonda), 6) Pamula Kadammu (Desa Watu Kawula), 7) Mareha (Desa Tanjung Karoso).


Dari ke-7 titik layanan membaca gratis oleh tim Learning Center Umma Manganne ini, peneliti menggali secara mendalam layanan membaca gratis pada anak-anak di Pamulla Kadammu, Desa Watu Kawula. Para tim Learning Center-Umma Manganne menyampaikan bahwa anak-anak di Pamulla Kadammu selalu stabil datang pada setiap Selasa sore untuk mendapatkan layanan membaca gratis. Bahkan, tim Learning Center Umma Manganne belum tiba di lokasi, anak-anak sudah menunggu di tempat yang telah ditentukan. Berikut adalah pernyataan salah satu tim:


“Anak-anak sangat senang menjemput kami, tim Learning Center Umma Manganne. Anak-anak riang gembira sambil lompat-lompat ketika mereka melihat mobil “box” yang kami tumpangi sudah datang menuju ke arah mereka. Selain itu, dukungan masyarakat sekitar sangat menyenangkan. Mereka menjemput kami seperti baru pertama kali datang.”   


 


Anak-anak usia TK dan sekolah dasar serta sekolah menengah yang berjumlah sekitar 70-80 dari yang terdata berjumlah 110 mendapatkan layanan membaca gratis setiap Selasa, Pkl. 15.00-17.00 Wita (2 jam membaca gratis). Tim Learning Center Umma Manganne datang dari lokasi Unika Weetebula dengan menggunakan satu mobil carry “box” yang diberi nama “KLIK-KLIK”. Dalam mobil tersebut berisi berbagai buku bacaan berupa buku cerita anak, dongeng anak, buku bergambar, komik, dan  buku bacaan lain yang bertema seperti “tumbuhan, hewan, dan organ tubuh manusia.


Ketika tiba di lokasi “Pamulla Kadammu”, tim Learning Center Umma Manganne yang berjumlah 4 orang: mengumpulkan anak-anak; membuka “box” untuk mengeluarkan buku-buku; mengarahkan anak-anak untuk mengambil buku yang diberikan oleh tim yang bertugas; tim memberikan buku yang relevan dengan usia anak: anak usia TK diberikan buku yang dominan dengan gambar. Kemudian, anak usia sekolah dasar terutama kelas awal diberikan buku gambar dengan disertai kalimat-kalimat pendek. Anak usia SMP diberikan kebebasan untuk memilih buku yang sesuai dengan keinginan. Selain itu, tim juga selalu mendata kehadiran siswa; juga berdoa bersama sebelum dan sesudah membaca.


Pada pertemuan-pertemuan awal, anak-anak diberikan kebebasan untuk membaca secara sendiri-sendiri, melihat-lihat gambar, dan memcoba membaca merangkai huruf demi huruf hingga menjadi suku kata, dan suku kata dirangkai hingga menjadi kata, demikian juga kata-kata dirangkai hingga menjadi kalimat.


Pada pertemuan-pertemuan awal, tim Learning Center Umma Manganne merasakan kesulitan untuk menuntun anak-anak agar lebih terarah dalam membaca; lebih banyak anak-anak yang sulit untuk diarahkan atau diatur. Selain itu, salah satu tim juga mengatakan tentang kendala lain yang mereka alami, yaitu:


Jika terjadi hujan, tim tidak mendapatkan ruang dan tempat yang representatif untuk memberikan layanan membaca gratis kepada anak-anak. Misalnya, Selasa, 13 Desember 2022 terjadi hujan di Pamulla Kadammu, tidak ada tempat anak-anak dapat membaca. Akhirnya, anak-anak tidak mendapatkan layanan untuk membaca. Anak-anak hanya diajak bermain dan bernyanyi. Rumah warga dan halaman rumah basah karena rerintihan hujan angin.


 


Namun, seiring perjalanan panjang pelayanan, untuk kendala anak sulit diatur dan diarahkan, tim dapat membantu anak-anak untuk membaca dengan lebih terarah, sedangkan kendala ruang saat hujan, untuk sementara belum ada solusi. Beberapa hal yang dilakukan oleh tim dalam membantu anak adalah: tim membagi peran untuk membantu anak-anak agar membaca dengan lebih baik; masing-masing tim membantu anak-anak dalam kelompok-kelompok, yaitu kelompok usia sebelum sekolah dasar, anak usia sekolah dasar kelas awal, anak usia sekolah dasar kelas lanjut. Ada pula anak sekolah menengah pertama. Namun, anak sekolah menengah pertama diberikan kebebasan untuk membaca mandiri buku-buku yang sesuai dengan usia sekolah menengah pertama.


Dalam proses pendampingan pada kelompok masing-masing, tim menyesuaikan dengan usia anak. Demikian juga buku-buku yang digunakan sesuai dengan usia anak. Untuk anak pra sekolah dasar, tuntunan tim dilakukan untuk melihat gambar, bertanya tentang gambar apa yang dilihat, dan berbagai pertanyaan lain yang dimaksudkan untuk memantik jawaban anak. Cara lain yang digunakan oleh tim adalah dengan membaca cerita kelompok, lalu menanyakan ulang isi cerita. Pada anak SD kelas awal: tim membaca beberapa kata, lalu meminta anak-anak menirukan (shared reading). Lebih lanjut, pada kelompok siswa kelas awal, tim mengarahkan anak untuk merangkai huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat sederhana. Tim senantiasa memberikan perhatian kepada siswa yang memiliki kemampuan membaca kurang untuk mendapatkan layanan yang lebih baik. Dengan demikian, anak yang memiliki kemampuan membaca kurang, dibantu agar memiliki kemampuan membaca yang meningkat. Sedangkan, pada kelompok siswa kelas lanjut, tim memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk membaca nyaring halaman demi halaman buku.


Dari hasil wawancara dan pengamatan peneliti, diperoleh informasi bahwa anak-anak mengalami peningkatan kemampuan membaca. Berikut adalah pernyataan koordinator tim:


Ada anak yang awalnya sama sekali belum kenal huruf, tetapi melalui bantuan tim setiap Selasa, anak tersebut sudah mulai bisa membaca huruf dan suku kata. Pertemuan-pertemuan berikut akan dibantu agar bisa membaca kata dan kalimat sederhana. Anak yang hanya bisa membaca abjad mulai memiliki kemampuan merangkai suku kata menjadi kata. Ada juga anak-anak yang semula hanya mampu merangkai suku kata, telah mampu membaca kata demi kata. Anak yang sudah mampu membaca, menjadi lebih lancar membaca kalimat-kalimat sederana. Ada anak yang memiliki kemampuan cepat dalam membaca, demikian juga sebaliknya ada anak yang memiliki kemampuan lambat dalam membaca. Mereka yang memiliki kemampuan lambat dalam membaca mendapatkan perhatian layanan khusus oleh tim.


 


Tim Learning Center Umma Manganne, juga mengutarakan bahwa anak-anak yang sudah mampu membaca dijadikan sebagai tutor sebaya. Anak kelas 5-6 SD dan SMP diminta oleh tim untuk membantu agar anak lain bisa lebih cepat membaca. Dengan demikian, anak yang belum lancar membaca dibantu oleh rekannya sehingga lebih cepat mengerti dan mampu membaca.


            Kegiatan ini terus berlanjut pada titik yang sama dengan memberikan ruang terbuka bagi anak-anak lain yang ingin bergabung. Kendati, daftar hadir selalu menjadi salah satu bagian penting dalam layanan membaca gratis, namun pelayanan membaca gratis yang diberikan oleh tim Learning Center Umma Manganne sangat memberi ruang bagi anak-anak lain. Hal ini dimaksudkan agar anak-anak mendapat kesempatan membaca karena ini adalah pelayanan langka yang mereka peroleh setelah pulang sekolah.

 


PEMBAHASAN

          Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa layanan membaca gratis yang dilakukan oleh tim Learning Center Umma Manganne telah terlaksana dengan baik. Anak-anak yang mendapatkan layanan membaca gratis mengalami peningkatan dalam hal kemampuan membaca. Namun, terdapat anak yang memiliki kemampuan cepat dan lambat dalam membaca. Hasil kajian ini sejalan dengan hasil bimbingan belajar yang dilakukan oleh Fransiska J. Madu (2019: 61) di mana “setelah kegiatan bimbingan belajar membaca, tingkat kemampuan membaca siswa SD meningkat di Desa Golo Langkok, Rahong Utara, Manggarai, Nusa Tenggara Timur.” Selain itu, hasil kajian yang relevan dengan hasil bimbingan belajar pada anak-anak, dilakukan oleh Safitri, L. & Sulastri, R.  di mana “anak-anak yang semula tidak bisa membaca sama sekali mulai bisa mengenal huruf A-Z, beberapa juga mulai bisa membaca per suku kata, hingga membaca beberapa kata yang ada di dalam buku yang disediakan, (2021: 28). Dari beberapa hasil bimbingan belajar yang dilakukan kepada anak-anak di mana pun, nampak bahwa terdapat peningkatan kemampuan membaca yang diperlihatkan oleh anak-anak, baik mampu cepat membaca maupun lambat membaca. Hal ini merupakan suatu hal wajar di mana perkembangan kognitif setiap anak berbeda-beda, termasuk dalam hal daya tangkap dan nalarnya. Dengan demikian, bimbingan belajar yang dilakukan menjadi indikator bagi upaya lanjutan dalam membantu anak-anak di manapun agar mampu membaca. Maka, peran pihak lain, dalam hal ini orang tua, masyarakat, guru, dosen, pemerhati pendidikan, yayasan-yayasan, pemerintah daerah dan pusat menjadi sangat penting dalam rangka mempercepat meningkatkan kemampuan membaca anak-anak.


 


KESIMPULAN

Berdasarkan hasil kajian dalam penelitian ini,  maka dapat disimpulkan: Pertama, layanan membaca gratis yang dilakukan oleh tim Learning Center Umma Manganne telah terlaksana dengan baik. Kedua, Anak-anak yang mendapatkan layanan membaca gratis mengalami peningkatan dalam hal kemampuan membaca. Namun, terdapat anak yang memiliki kemampuan cepat dan lambat dalam membaca. Ketiga, kendala awal yang dialami oleh tim Learning Center Umma Manganne adalah sulitnya mengatur dan mengarahkan siswa, namun hal ini dapat diatasi pada pertemuan-pertemuan berikut. Selain itu, kendala lain adalah halaman rumah dan rumah warga untuk membaca pada saat hujan, tidak representatif.


 


REFERENSI


Amalafitra, N., dkk. 2022. Metode Belajar Membaca Tanpa Mengeja untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Anak Usia Dini pada Bimbingan Belajar Anak Hebat (AHE) di Masa Pandemi. Jurnal Anak Bangsa. Vol. 1., No. 01, Februari 2022, hal. 34.


 


Farhurohman, O., 2019. Pengembangan Model Bimbingan Belajar Membaca Berbasis Struktural Analitik Sintetik (SAS) di Madrasah Ibtidaiyah, Jurnal Elementary Vol. 7 No.1 Januari-Juni 2019.


 


Hasanah, U. & Silitonga, M., (2020). Implementasi Gerakan Literasi Sekolah  Dasar. Jakarta: Pusat Penelitian Kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.


 


Kemitraan untuk Pengembangan Kapasitas dan Analisis Sektor Pendidikan (ACDP). (2014). Pendidikan Multi Bahasa Berbasis Bahasa Ibu (PMB-BI). Jakarta: Balitbang Kemendikbud.


 


Kemitraan untuk Pengembangan Kapasitas dan Analisis Sektor Pendidikan (ACDP). (2015). Strategi Peningkatan Efektivitas Pendidikan Dasar di Sekolah/Madrasah di Sumba, NTT. Jakarta: Balitbang Kemendikbud.


 


Kemendikbud. (2016). Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.


 


Madu, F.J., 2019. Bimbingan Belajar Membaca bagi Siswa Usia Sekolah Dasar di Desa Golo Langkok, Rahong Utara, Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Randang Tana, Jurnal Pengabdian Masyarakat. Volume 2, Nomor 1, Januari 2019, hlm. 1-88.


 


Mustadi, Ali, dkk. (2021). Strategi Pembelajaran Keterampilan Berbahasa yang Efektif di Sekolah Dasar. Yogyakarta: UNY Press.


 


Ngalimun & Alfulaila, N. 2014. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.


 


Safitri, L. & Sulastri, R. 2021. Bimbingan Belajar untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca, Menulis dan Mengaji pada Anak-Anak RW 07 Desa Bojongsari. Proceeding UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Vol. 1. No. 25.


 


Tim GLN. 2017. Panduan Gerakan Literasi Nasional 2017. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.


 


Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatis, dan R & D. Bandung: Alfabeta.


 


Syarul, dkk. 2017. Buku Ajar Metodologi Penelitian Pembelajaran Bahasa Indonesia. Padang: Sukabina Press.

Article Details

How to Cite
Bili, K. D., Lasmawan, I. W., & Suastika, I. N. (2023). IMPLEMENTASI LAYANAN MEMBACA GRATIS MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK. Jurnal Pendidikan Dasar Flobamorata , 4(1), 424-428. https://doi.org/10.51494/jpdf.v4i1.847